Total Tayangan Halaman

Minggu, 30 Januari 2011

Uji Kualitas Air ( Mikrobiologi)


PENDAHULUAN
Uji kualitas air dilakukan untuk mengetahui kualitas dari air yang akan kita analisis. Metode yang digunakan ialah MPN (Most Probable Number) atau APN (Angka Paling Mungkin). MPN merupakan metode yang paling sederhana yang digunakan untuk menguji kualitas air. Uji kualitas air terdiri dari beberapa uji yakni uji penduga, uji penguat dan uji pelengkap. Air sangat perlu untuk duji sebelum dikonsumsi atau diminum karena air dapat menjadi sumber penyebaran penyakit.
Uji penduga merupakan uji positif untuk menentukan bakteri koliform. Media yang digunakan ialah media lactose broth. Bakteri dapat menggunakan laktosa sebagai sumber karbon, namun ada pula sebagian bakteri enteric yang tidak dapat melakukannya. Kaldu laktosa mengandung surface tension depressant yang menekan pertumbuhan bakteri gram positif dan memacu bakteri gram negative terutama bakteri koliform. Hasil uji penguat yang positif atau meragukan menyatakan bahwa sampel air tidak layak untuk diminum. Uji penguat memerlukan media selektif dan diferensial seperti eosin-biru metilen atau endo agar yang akan diinokulasi dari tabung laktosa yang positif. Uji pelengkap, uji ini merupakan tahap akhir analisis bakteri dari contoh air. Uji pelengkap dilakukan dengan pewarnaan gram (Sunatmo 2009).
TUJUAN
     Praktikum bertujuan menguji kualitas air pada sampel ( air selokan).

ALAT DAN BAHAN
     Alat-alat yang digunakan saat praktikum ialah tabung reaksi, rak tabung reaksi, erlenmeyer 100 ml, pipet Mohr 5 ml, pipet Mohr 1 ml, bulp, tabung durham, cawan petri, ose, kaca preparat, mikroskop, pembakar spirtus, dan botol semprot.
     Bahan-bahan yang digunakan saat praktikum ialah media lactose broth, sampel (air selokan), EMBA (Eosin Metilen Blue Agar), pewarna ungu Kristal, yodium, etanol, pewarna safranin, alkohol dan aquades.
PROSEDUR KERJA
     Uji penduga. Sebanyak 15 tabung reaksi disiapkan dan diberi label dengan nama DS (double strength) pada 5 tabung reaksi pertama, SS1 (single strength) volume 1 ml pada tabung reaksi berikutnya dan SS2 (single strength) volume 0,1 ml pada 5 tabung reaksi terakhir. Lalu tabung reaksi yang telah berisi lactose broth dan telah berisi tabung Durham. Tabung  berlabel DS ditambahkan 5 ml sampel air selokan, tabung reaksi berlabel SS1 ditambahkan 1 ml sampel air selokan, dan tabung reaksi berlabel SS2 ditambahkan 0,1 ml sampel air selokan. Kemudian, diinkubasi selama 48 jam pada temperatur 37ºC diinkubator. Setelah 48 jam, diamati gelembung yang terbentuk dan dihitung gelembung yang terbentuk dan dilihat pada table MPN.
     Uji penguat. Cawan petri yang berisi EMBA (Eosin Metilen Blue Agar) disiapkan, kemudian ose yang akan digunakan dicelupkan ke dalam alkohol lalu dibakar pada pembakar spirtus, lalu ditunggu beberapa saat dan ose dicelupkan ke dalam sampel lalu digoreskan kedalam cawan petri yang telah berisi EMBA. Setelah 24 jam hasilnya diamati, terbentuk atau tidaknya warna hijau metalik.
     Uji pelengkap (pewarnaan gram). Kaca preparat dibersihkan lalu ditandai dengan spidol daerah yang akan dioleskan bakteri. Kaca preparat ditetesi dengan sedikit aquades lalu diolesi dengan bakteri dari kultur murni atau kultur buatan sendiri. Lalu difiksasi beberapa saat, kemudian diteteskan pewarna ungu Kristal dan dibiarkan selama 1 menit lalu dibilas dengan aquades. Kemudian ditetesi dengan yodium danb dibilas kembali menggunakan aquades. Selanjutnya ditetesi dengan etanol lalu dibilas dengan aquades, tahap terakhir ditetesi dengan safranin dan dibilas dengan aquades. Bakteri diamati pada mikroskop lalu dilihat warna dan bentuk bakterinya.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 1 Hasil pengamatan uji kualitas air pada sampel air selokan
Uji
Hasil Pengamatan
Uji Penduga
Terbentuk gelembung pada semua tabung pada DS, SS1, SS2
Uji Penguat
Tidak terbentuk warna hijau metalik
Uji Pelengkap 1 (pada kultur murni)
Bentuk bakteri : Basil
Warna bakteri : Merah muda
Uji Pelengkap 2 (pada kultur buatan)
Bentuk bakteri : Kokus
Warna bakteri : Merah muda




PEMBAHASAN
Metode MPN (Most Probable Number) untuk uji kualitas air saat praktikum menggunakan koloform sebagai indicator. Kelompok koliform mencakup bakteri yang aerobic dan anaerobic fakultatif, berbentuk batang atau basil, gram negative dan tidak membentuk spora. Koliform memfermentasikan laktosa dengan membentuk asam dan gas CO2 dalam waktu inkubasi selama 48 jam dan diletakkan pada suhu 37ºC (Hadieotomo 1993).
Uji yang dilakukan pada metode ini ialah uji penduga, uji penguat dan uji pelengkap. Uji penduga dilakukan dengan menginkubasi air sampel yang telah dimasuukan ke dalam tabung reaksi yang berisi media lactose broth dan tabung Durham, hasil yang diperoleh yakni pada tabung berlabel DS, SS1, dan SS2 terbentuk gelembung pada tabung durham yang mengindikasikan adanya koliform pada air sampel dengan indeks MPN per 100 mL sebesar lebih dari 2400. Uji selanjutnya ialah uji penguat, uji ini dilakukan pada media EMBA (Eosin Metilen Blue Agar). Larutan sampel pada tabung berlabel DS, SS1, dan SS2 yang telah diinkubasi selama 48 jam pada suhu 37ºC diambil dengan ose dengan cara dicelupkan lalu dioleskan ke dalam EMBA, uji positif dapat dilihat dari terbentuknya warna hijau metalik atau tidak. Hasil praktikum menunjukkan bahwa pada uji penguat hasil yang diperoleh negative karena tidak terbentuk warna hijau metalik pada EMBA. Uji yang terakhir ialah uji pelengkap, pada uji ini dilakukan pewarnaan gram untuk mengetahui bentuk dari bakteri yang terdapat pada sampel. Pewarnaan gram dilakukan pada kultur murni yang telah disediakan dan kultur buatan sebelumnya.
Prosedur pewarnaan gram yang dilakukan sama seperti pewarnaan gram yang telah dialkukan sebelumnya. Adapun fungsi-fungsi penambahan warna pada pewarnaan bakteri gram yakni, pewarna ungu Kristal ditambhakan sebagai pemberi warna awal, yodium ditambahkan untuk memperkuat ikatan pada dinding sel sehingga warna yang dilihat dapat terlihat lebih jelas, alkohol ditambahkan sehingga pada bakteri gram negative yang mengandung polipeptida, lipid terekstraksi dari dinding sel, pori-pori mengembang dan kompleks ungu Kristal dan yodium (UK-Y) keluar dari sel, sehingga sel menjadi tidak berwarna, sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya mengalami dehidrasi, pori-pori menciut, daya rembes sensing sel dan membrane menurun sehingga kompleks UK-Y tidak dapat keluar dari sel, sehingga sel tetap berwarna ungu. Terakhir yaitu pewarna safranin yang memberikan kompleks warna merah pada bakteri gram negative sehingga bakteri gram negative menjadi berwarna merah sedangkan pada bakteri gram positif pewarna safranin tidak berpengaruh sehingga bakteri gram positif tetap berwarna ungu.
Setelah dilakukan pewarnaan gram dan diamati pada mikroskop, bakteri yang teramati dari kultur murni ialah berbentuk basil dan berwarna merah muda sehingga dapat dikatakan terdapat bakteri e-colli, sedangkan pada  kultur dari sampel air selokan bakteri yang teramati berbentuk kokus dan bewarna merah muda sehingga dapat dikatakan air sampel tidak mengandung bakteri e-colli.
SIMPULAN
     Berdasarkan praktikum uji kualitas air dengan metode MPN (Most Probable Number) diperoleh hasil yakni air sampel yang berasal dari air selokan tidak mengandung bakteri e-colli.

DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek : Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta : Gramedia

Rabu, 26 Januari 2011

Laporan Praktikum Biokimia Vitamin C


 

Pendahuluan
Asam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah vitamin untuk jenis primat tetapi tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat adalah suatu reduktor kuat (Winarno1997). Bentuk teroksidasinya, asam dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan berbagai reduktor seperti glutation dipastikan karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein yang manapun. Sifat fisik dan kimiawi asam askorbat adalah merupakan derivat monosakarida yang mempunyai gugus enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu sebagai asam askorbat dan dehidro asam askorbat (Wahjudi 2003). Dehidro asam askorbat terjadi karena oksidasi spontan dari udara. Keduanya merupakan bentuk aktif yang terdapat dalam cairan tubuh. Merupakan kristal putih tidak berbau yang larut dalam air (tetapi kurang stabil), tidak larut dalam lemak. Stabil dalam larutan dan penyimpanan dingin, peka terhadap pemanasan dan oksidasi (terutama bila ada Cu, maka vitamin C adalah pereduksi yang kuat). Kebutuhan vitamin C dewasa 45 mg/hari, anak-anak 35 mg/hari, bumil & buteki : 60 mg/hari (Hawab 2005).
Vitamin C sangat mudah dirusak oleh pemanasan, karena ia mudah dioksidasi. Dapat juga hilang dalam jumlah yang banyak pada waktu mencincang sayur-sayuran seperti kol atau pada menumbuk kentang (Lehninger 1982). Vitamin C dapat hilang karena hal-hal seperti: Pemanasan yang menyebabkan rusak atau berbahayanya struktur, pencucian sayuran setelah dipotong-potong terlebih dahulu, adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, dan membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan
terjadi oksidasi yang tidak reversible. Penambahan tomat atau jeruk nipis dapat mengurangi kadar vitamin C.
Vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar atau enzim oksidasi, serta oleh katalis lembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah. Buah yang masih muda (mentah) lebih banyak mengadung vitamin C. Semakin tua buah, semakin berkurang vitamin C-nya.
Titrasi netralisasi digunakan untuk menentukan kadar analit yang bersifat asam atau basa atau zat yang dapat diubah menjadi asam/basa. Air digunakan sebagai pelarut karena mudah diperoleh, murah, tidak beracun dan mempunya koefisien suhu muai yang rendah (Underwood 1992). Beberapa analit tidak dapat dititrasi dalam air Beberapa analit tidak dapat dititrasi dalam air karena kelarutannya rendah atau memiliki kekuatan asam/ basa yg tidak memadai untuk kekuatan asam/ basa yg tidak memadai untuk mencapai titik akhir, senyawa demikian biasanya ditritrasi bebas air. Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa. Titik equivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung terjadi perubahan pH. pH pada titik equivalen ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik equivalen berada. Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil kesalahan titrasi.Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah dalam air akan terurau dengan sempurna. Oleh karena itu ion hidrogen dan ion hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang ditambahkan (Mulyono 2005).

Tujuan
            Praktikum bertujuan menentukan kadar vitamin C dalam tablet dan larutan UC1000.

Alat dan Bahan
            Alat-alat yang digunakan yaitu gelas piala 250 ml, pipet mohr 10 ml, pipet volume 25 ml, buret 50 ml, mortar, sudip, neraca analitik, Erlenmeyer, statip, bulp, botol semprot.
            Bahan-bahan yang digunakan yaitu tablet vitamin C, larutan UC 1000, H2SO4 2N, I2 0.1N, Na2S2O3 0,1N, kanji, akuades.

Prosedur Kerja
            Penentuan kadar vitamin C dalam tablet, sebanyak 100 mg contoh dilarutkan dalam 50ml akuades dingin yang telah dididihkan sebelumnya, kemudian dipipet sebanyak 5 ml ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan 3 ml H2SO4 2N kemudian segera ditambahkan 10 ml larutan iod 0.1 N kemudian ditambahkan indikator larutan pati. Sampel dititrasi dengan tiosulfat. Titrasi blanko dilakukan seperti pada contoh namun larutan blanko tidak diberi contoh. Jumlah volume tiosulfat yang terpakai dicatat dan ditentukan kadar vitamin C dalam tablet.
            Penentuan kadar vitamin C dalam sampel minuman, sebanyak 20 ml sampel minuman dipipet ke dalam  Erlenmeyer dan ditambahkan 3 ml H2SO4 2N kemudian segera ditambahkan 10 ml larutan iod 0.1 N kemudian ditambahkan indikator larutan pati. Sampel dititrasi dengan tiosulfat. Titrasi blanko dilakukan seperti pada contoh namun larutan blanko tidak diberi contoh. Jumlah volume tiosulfat yang terpakai dicatat dan ditentukan kadar vitamin C dalam minuman.

Data dan Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil uji penentuan kadar vitamin C dan B1
Kelompok
Blanko
Larutan UC1000
Supradyn
Volume (ml)
Volume (ml)
Volume (ml)
Awal
Akhir
Terpakai
Awal
Akhir
Terpakai
Awal
Akhir
Terpakai
6
5,4
15,2
9,8
15,3
21,2
5,9
0,0
5,3
5,3
7
14,4
24,2
9,8
8,7
14,0
5,3
0,0
8,7
8,7
8
0,0
10,5
10,5
15,5
21,4
5,9
10,5
15,0
4,5
9
0,0
8,9
8,9
0,0
4,9
4,9
4,9
10,2
5,3
Rata-rata
9,75
Rata-rata
5,5
Rata-rata
5,95



Perhitungan :
·     
                                       
                      = 30,704
·      Kadar vitamin C dalam 140ml larutan UC1000:
                           
                           

Pembahasan
Pada percobaan digunakan bahan dari tablet vitamin C (supradyn) dan minuman yang banyak mengandung vitamin C (UC1000). Sifat vitamin C sendiri tidak dapat ditimbun, oleh karena itu bila kelebihan akan terus dikeluarkan lewat urine sehingga vitamin C bersifat larut dalam air. Hal ini sesuai dengan literatur Baliwati dan Ali (2004) yang menyatakan bahwa vitamin C memiliki sifat-sifat yang larut dalam air dan mudah rusak oleh panas udara, alkali enzim, dan stabil pada suasana asam. Vitamin C dapat ditemukan pada buah jeruk, tomat, arbei, kangkung, kentang, cabai, selada hijau dan jambu biji.
untitled.JPG
            (a)




                           (b)
Gambar 1. Struktur asam askorbat (Lide 2004) (a) dan hasil oksidasi asam askorbat (b)

Asam askorbat juga memainkan peran yang sangat penting sebagai koenzim dan pendonor elektron di dalam reaksi organik enzimatik dioksigenase seperti hidroksilasi pada karnitina, EGF, atau mono- dan di-oksigenasi pada berbagai neurotransmiter dan sintesis hormon peptida, noradrenalin, kolesterol dan asam amino, demetilasi histon dan asam nukleat, dealkilasi oksidatif DNA meningkatkan kualitas asam suksinat, asam malat dan gliserol 3-fosfat di dalam mitokondria, homeostasis gaya gerak proton, deglikanasi senyawa proteoglikan, menangkap ROS berlebih hingga menurunkan stres oksidatif. Salah satu fungsi kofaktor yang sangat dikenal adalah dengan hidroksilase prolil dan lisil yang mengkopling hidroksilasi pada hypoxia-inducible factor-1α dan prokolagen.
Oleh karena kapasitasnya sebagai antioksidan yang meredam spesi oksigen reaktif yang dapat menyebabkan hipertensi, asam askorbat sering dianggap dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa asam askorbat dapat menurunkan rasio plasma C-reactive protein, 8-isoprostane, dan malondialdehyde-modified LDL, meskipun tidak selalu diiringi oleh penurunan tekanan darah.
Asam askorbat juga digunakan sebagai terapi anti kanker pada jenis-jenis tertentu oleh karena sifatnya yang menekan sitokina IL-18 dan enzim hialuronidase pada degradasi asam hialuronat guna mencegah metastasis, stimulasi kolagen untuk mengisolasi sel tumor in vivo, mencegah efek onkogenik virus dan karsinogen. Asam askorbat diketahui bersifat toksik terhadap beberapa jenis sel kanker, namun tidak bersifat demikian terhadap sel normal tubuh. Studi klinis menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dosis tinggi, baik melalui injeksi maupun asupan, dapat meredakan simtoma patogen dan memperpanjang harapan hidup penderita kanker stadium lanjut, seperti RCC, tumor kandung kemih, limfoma sel B.
Penetapan kadar vitamin dalam suatu bahan dapat dilakukan secara titrasi yodometri atau yodometri tak langsung dimana penitarnya adalah natrium tiosulfat 0,1N. Larutan natrium tiosulfat biasanya dibuat dari garam pentahidratnya, Na2S2O3.5H2O. Natrium tiosulfat bersifat kurang stabil, sehingga perlu distandardisasi terlebih dahulu sebelum digunakan (Harjadi 1986). Penambahan kanji pada saat titrasi dilakukan pada saat mendekati titik akhir artinya saat iod sudah tinggal sedikit yang tampak dari warna kuning muda. Tujuannya yaitu agar kanji tidak membungkus (adsorpsi) iod dan menyebabkan sukar lepas kembali, perlakuan ini sebaiknya menggunakan Erlenmeyer asah (Erlenmeyer bertutup), setelah tampak larutan berwarna biru dikocok setiap satu tetes hingga terjadi perubahan warna. Titik akhir yang tercapai yaitu terbentuk warna dari coklat-kuning-biru-tak berwarna. Kanji yang digunakan yaitu berupa amilosa (1,4) atau disebut β-Amilosa bukan amilopektin atau (1,4);(1,6) atau disebut α-Amilosa. Menurut reaksi yang terjadi bila dilihat dari skema pada molekul pati, yaitu:
Amilosa + I2             biru
Amilopektin + I2               violet
Panambahan larutan H2SO4 dilakukan terlebih dahulu sebelum larutan Iod ini di lakukan untuk membuat larutan Iod tidak mengalami oksidasi.
Pada percobaan reaksi Iodin dengan vitamin C yang sebelumnya ditambahkan pati untuk menguji kadar vitamin C diperoleh hasil larutan dengan warna hitam permanen. Hal ini menunjukkan bahwa buah yang mempunyai kadar vitamin C yang tinggi dengan penambahan senyawa lain. Keadaan ini sesuai dengan literatur Sulaiman (1995) yang menyatakan bahwa asam askorbat suatu reduktor kuat dan bentuk teroksidasi mudah direduksi dengan berbagai reduktor. Hasil dari titrasi ini menghasilkan kadar vitamin C pada UC1000 dalam empat kali ulangan diperoleh 39,28 mg/5ml dan kadar vitamin C dalam tablet supradyn yaitu 30,704 mg/5mL. Berdasarkan literatur pada komposisi UC1000 kadar vitamin C-nya  35-50mg/5mL.  

SIMPULAN
Berdasarkan hasil yang didapat kadar vitamin C pada tablet supradyn sebesar 30,704 mg/5mL dan kadar vitamin C dalam larutan UC1000 sebesar 39,28 mg/5ml.


DAFTAR PUSTAKA
Baliwati, Y.F dan Ali, K. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta:EGC
Girindra,A.1993. Biokimia 1. Jakarta:Gramedia
Harjadi.1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta:Gramedia
Hawab,HM. 2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Bayumedia:Medan
Lehninger  A.1982. Dasar-dasar Biokimia. Maggy Thenawidjaya, penerjemah.
            Jakarta:Erlangga.Terjemahan dari : Basic of Biochemistry
Lide R.2004. CRC Handbook of Chemistryy and Physics. London:CRC Press
Mulyono,HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta:Bumi Aksara
Winarno F.G.1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama